Berita Tentang "Potret"

Bambu sangat akrab dengan Bangsa Indonesia. Selain memiliki fungsi dan manfaat yang baik, bambu juga digunakan suku bangsa di Nusantara sebagai bahan bangunan, transportasi, kuliner, pengobatan, peralatan rumah tangga, hingga alat musik. Namun, mengapa bambu masih dianggap sebagai tanaman tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi?
Sebuah kios penjual anyaman dari bambu/foto by jono KP Lensa Indramayu
Dilansir dari Lensa Indramayu, Jono kp , jurnalis yang sudah memulai ekspedisinya di Rambatan kulon blok Ningkong Lohbener Indramayu kamis 17/5/18.

 “Dalam perjalanan seorang pengrajin bambu di Indramayu yang berhasil ditemui oleh wartawan Lensa Indramayu beberapa waktu  lalu, seorang pengrajin bambu mengisahkan hampir sebagian besar masyarakat di Indramayu memanfaatkan bambu. Tapi hanya digunakan untuk pagar atau kebutuhan alat dapur,”

Para pengrajin bambu di Ningkong Rambatan kulon yang menggantungkan karya tangannya  sebagai mata pencaharian utama.

Selain mengelola bambu untuk barang rumah tangga seperti anyaman besek, kukusan, nampan dan seser, juga melakukan berbagai eksplorasi pembaharuan bambu desain dan modelnya berdasarkan kebutuhan “Eksplorasi ini penting, sebab beberapa teman yang tertarik dengan bambu ada yang mampu membuatnya menjadi karya yang sedap dipandang dan bernilai ekonomis yang tinggi
Beberapa karya seni rupa kontemporer juga sangat menarik ketika mengeksplorasi bambu.

Misalnya, beberapa karya seni rupa di objek wisata seperti di Ekowisata mangrove Kedung cowet, Situ Bolang Jatisura  yang jondol (Ranggon ) nya memakai bahan baku pembangunan dari bambu.

Nuraeni (39 tahun) salah satu pengrajin anyaman bambu mengungkapkan betapa besar perubahan yang dirasakannya, berbeda dengan beberapa tahun silam. “Kondisi sekarang ini berbeda” kata Nuraeni.
[ads-pos]
Nuraeni menjelaskan bahwa bahan baku dari bambu sudah terbilang mahal, “Bambu sudah menjadi bahan baku mahal, dan dominasi peralatan berbahan baku plastik yang terus menggerus minat pasar terhadap kerajinan bambu, pada akhirnya tetap saja apa yang saya ciptakan nilainya tidak sebanding dan terlalu rendah ketika kami jual.” Jelasnya.

Dia berharap pemerintah ikut membantu kepada para pengrajin bambu khususnya di daerah Indramayu.
“Pemerintah seharusnya mengembangkan industri perkayuan berbasis bambu. Sebab, selain memiliki fungsi ekologi yang baik, bambu juga sebagai sumber kayu yang berkelanjutan, Harapan saya  peran pemerintah sekarang ikut memasarkan dan mendongkrak apa yang kami hasilkan supaya bernilai rupiah tinggi, sebab sekarang kami bergantung ke tengkulak dan dihargai relatif kecil" Ujar Ibu tiga anak yang sering di panggil Nur ini.

Hal senada juga diungkapkan Tarsid (42) mengungkapkan, pasaran kerajinan bambu di Indramayu sepi peminatnya jauh lebih rendah dibandingkan di daerah lain seperti di sunda atau luar negeri.

"Mungkin harganya yang jauh lebih mahal dibandingkan berbahan baku kaca atau kayu, sementara dalam kehidupan sehari-hari bambu merupakan bahan yang tidak bernilai ekonomi tinggi dibandingkan kayu dari pohon.” Kata Pria berambut panjang ini.

Tarsid sangat berharap akan adanya dukungan dari pemerintah untuk memajukan kerajinannya.

“Menurut hemat saya, pemerintah perlu mendorong masyarakat untuk menggunakan peralatan rumah tangga yang menggunakan bambu, Sebab tanaman bambu sangat baik untuk lingkungan hidup, supaya tidak di tinggal peminat dan pengrajin, perlu adanya terobosan inovasi pelatihan bagi kami  dan saran pemasaran yang bagus supaya apa yang kami anggap mata pencaharian utama keluarga, terus berkelanjutan sampai seterusnya.” Katanya.
Tarsid mengisahkan berjalannya waktu Flashback ke beberapa tahun yang lalu, memang keadaan sekarang di Dusun Rambatan kulon Blok Ningkong, Rasanya agak  sangat berbeda dengan sekarang.

“Kalau tahun 90 sampai awal 2000an banyak kita jumpai pengrajin pengrajin yang kesehariannya menghabiskan waktunya menganyam kerajinan bambu di depan teras rumahnya,sekarang sangat sepi ,dan tersisa hanya beberapa gelintir orang yang Masi menggeluti usaha tersebut.” Kisahnya.

Berdasarkan pantauan wartawan Lensa Indramayu para pengrajin yang tersisa kebanyakan usianya sudah lanjut.
Di tempat terpisah seorang pengrajin lain Karno (39) mengungkapkan penghasilan dari menganyam tidak bisa menjadi harapan untuk anak-anak untuk melanjutkan apa yang ia kerjakan, dan melih pekerjaan lain. "sekarang anak-anak lebih memilih menjadi perantau di jakarta daripada menggantungkan penghasilan dari menganyam mas, sebab ya beginilah keadaanya, sebab sekarang beda dengan dulu " Karno menutup pembicaraannya. (Jono KP)

Pedagang malam di pasar Jatibarang Indramayu  yang masih nempel di bahu jalan sekarang mulai ditertibkan tanpa menemui kesulitan.
Salah satu pedagang buah mangga du pasar jatibarang. Foto by Otong S
Polisi pamong praja mengajak agar para pedagang malam baik yang lesehan maupun yang nempel di bahu jalan segera mengisi pasar baru Bulak,  dengan kesadaran tinggi setelah diumumkan langsung membongkar lapak dagangannya sangat  tertib, nampak terlihat juga pedagang yang masih belum mau tempatnya di bongkar sama sekali bahkan pedagang buah mangga  rujakan dan Pedagang daun pisang hanya bisa menatap sedih terisak tangis. "Lalu saya jualannya kemana lagi, sedang disini kami sudah merasakan kenyamanan bisa membantu memperbaiki Perekonomian keluarga." Keluh salah satu pedagang tersebut. Jum'at 9/10/2019.
[ads-post]
Di tempat yang sama, pedagang buah mangga rujakan Saminah (60) masyarakat desa Jatibarang baru sambil menatap tetangga sebelahnya yang sedang di bongkar lapaknya menceritakan sebagai pedagang buah mangga rujakan sudah terbiasa dengan lesehan seperti ini. "Hasil dari jualan juga kami hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan jajan cucu, supaya jangan menangis tak terpikirkan untuk bisa membeli lainnya" Ucap saminah sambil mengusap air matanya.
Saminah menambahkan jualan seperti ini dan menempati tempat lesehan sudah hampir 7 tahun, tak ada yang menggangu apa lagi mengusik, "Tiba-tiba sekarang disuruh pindah ke pasar baru Bulak jadi pemikiran pedagang seperti kami masih bisakah nempel untuk jualan." Imbuhnya.
Pebampakan pasar jatibarang / Foto by Otong S
Senada juga disampaikan Kartimah asal Desa pawidean kecamatan Jatibarang, pedagang daun pisang mengatakan sebagai pedagang dirinya mengaku mematuhi semua anjuran Ikatan Pedagang Pasar (IPP). "Kami sangat berharap sekali kepindahan ke pasar baru Bulak bisa memberikan kami tempat jualan lagi biarpun tempat jualan kami masih nempel kepada pedagang lain yang punya tempat, sebab kami hanya pedagang kecil untuk melayani pedagang rumahan yang jualan lontong lepet dan lotek." Harapnya.

Sementara itu perwakilan IPP Dul  dengan sangat lugas penuh pertimbangan menjelaskan Semua pedagang akan ditampung tapi dengan ketentuan pedagang lama menjadi Prioritas apa itu pedagang kecil lesehan seperti pedagang daun pisang, pedagang, buah mangga rujakan sampai pedagang grabadan akan ditampung, "Kalau semua pedagang sudah bisa jualan dan yang belum tercatat lagi kami pikirkan untuk bisa berjualan, mari kita tengok jangan sekali lagi apakah pantas jalan mayor sangun Jatibarang penuh sesak pedagang, untuk masuk Stasiun kereta saja kendaraan harus memutar tapi kalau keberadaan jalan mayor sangun bersih dari pedagang rasanya nyaman, tamu dari luar daerah juga akan menilai Jatibarang sekarang sudah tertib". Katanya.

Pena  : Otong.S
Editor: AP

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget