MENARA POST - Indramayu – Calon Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar menyambangi masyarakat perajin petasan di Kampung Lohbener, Desa Lohbener, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Rabu, 14 Maret 2018. Dalam kampanyenya, Deddy Mizwar dicecar para perajin petasan soal kejelasan status usaha dan bentuk perhatian Pemerintah.
Deddy yang sebelumnya mendapat sambutan hangat saat berkampanye ke Pasar tumpah Jatibarang ini, diminta kejelasan bagaimana program konkret Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk lima tahun ke depan untuk kelegalan usaha turun temurun itu.
Dalam dialog terbuka di lapangan Lohbener RT 15/04 itu, perwakilan perajin petasan, Wasti menanyakan kepada Deddy Mizwar bagaimana kepastian hukum bagi perajin petasan. Pasalnya, usaha tersebut kerap menjadi sasaran penindakan aparat karena disebut ilegal, sedangkan petasan impor dengan mudah masuk ke Indramayu tanpa penindakan yang adil.
"Jangan ditangkapi (para pengrajin), dioperasi. Gimana Pak? Saya pengen tahu dari Pak Haji gimana? Orang sini, usahanya kaya gini, jadi gimana?" tegas Wasti dengan nada merintih kepada Deddy Mizwar, Rabu 14 Maret 2018.
Menjawab cecaran tersebut, Deddy menjelaskan, usaha membuat petasan harus diakui melanggar ketentuan. Bahkan, usaha yang berjalan dengan metode manual tanpa profesionalitas produksi dan jaminan keamanan yang benar, rawan meledak dan memakan korban.
Oleh karena itu, Deddy menawarkan alih usaha bagi para pengrajin petasan. Potensi pangan di Indramayu yaitu Mangga Gedong Gincu dan beras, menjadi solusi alternatif bagi para pengrajin petasan.
"Solusinya alih usaha, sebab kalau usaha yang dilarang, ini deg-degan. Jadi ada aturan dilarang, harus dicarikan. Misalnya, bagaimana pengolahan Mangga, manisan, asinan, Pisang, nanti dicarikan (infrastruktur) pemasarannya," jawab Deddy.
[ads-post]
Dalam dialog tersebut, turut juga hadir perwakilan dari Polres Indramayu. Bahkan, Deddy ingin blak-blakan dengan para perajin untuk membeberkan siapa konsumennya agar ditindak aparat.
Wakil Gubernur Jabar ini berharap, para perajin petasan agar peduli terhadap keamanan. Berkaca pada kasus sebelumnya, ledakan rumah industri petasan memakan korban pemilik dan pemukiman terdekat.
"Jangan bikin petasan melulu, siapa yang beli? Biar Pak Kapolsek tahu. Karena bahaya bu, kalau terjadi kebakaran atau meledak, korbannya orang terdekat yang kita sayangi," katanya.
Bukti Konkret
Deddy memastikan ketegasan pemerintah terhadap perajin petasan bukan berarti merampas haknya dalam meningkatkan derajat ekonominya.
"Itulah sebabnya pemerintah melarang hal-hal yang membahayakan warganya, bukan berarti tidak boleh mencari penghasilan. Yang lebih adalah bagaimana mengalihkan kepada usaha yang hasilnya lebih bagus. Contohnya, pendapatan dari petasan Rp3 juta per bulan, tapi ada usaha lain untungnya Rp5 juta per bulan, mau kan?" tanya dia.
Petasan yang dijual di pasaran
Namun, paparan tersebut belum memberikan kepuasan bagi para perajin. Wasti menanggapi bahwa aparat rutin menindak para pengrajin, namun petasan dari luar negeri marak terjual di Indramayu. "Seakan-akan diinjak-injak. Kalaupun ada program, kira-kira memberikan keringanan? Usaha apa pak haji? Jangan hanya dipikirkan, tapi dibuktikan," tegas Wasti.
Dalam dialog tersebut, Deddy memastikan program alih usaha bagi perajin petasan harus terealisasi. "Kalau tidak dipikirkan, bahaya lebih besar. Hati-hati, urusannya bahaya, kedua urusannya dengan hukum," tegas Deddy.
Sementara itu, perajin petasan lainnya, Eni Chartini mengaku akan mengikuti program pemerintah asalkan kepastian regulasi dan lahan usaha yang diberikan pemerintah konkret dan dapat dikelola dengan bantuan modal yang sesuai kebutuhan.
"Ingin diperhatikan. Siap beralih, asal jelas. Ini kan usaha dari zaman saya masih kecil sampai sekarang punya cucu. Pendapatan dari petasan itu Rp40 ribu, kadang-kadang Rp50 ribu per hari," ujarnya. (Red)
Cagub Jawa Barat, Deddy Mizwar kampanye di Indramayu'. |
Dalam dialog terbuka di lapangan Lohbener RT 15/04 itu, perwakilan perajin petasan, Wasti menanyakan kepada Deddy Mizwar bagaimana kepastian hukum bagi perajin petasan. Pasalnya, usaha tersebut kerap menjadi sasaran penindakan aparat karena disebut ilegal, sedangkan petasan impor dengan mudah masuk ke Indramayu tanpa penindakan yang adil.
"Jangan ditangkapi (para pengrajin), dioperasi. Gimana Pak? Saya pengen tahu dari Pak Haji gimana? Orang sini, usahanya kaya gini, jadi gimana?" tegas Wasti dengan nada merintih kepada Deddy Mizwar, Rabu 14 Maret 2018.
Menjawab cecaran tersebut, Deddy menjelaskan, usaha membuat petasan harus diakui melanggar ketentuan. Bahkan, usaha yang berjalan dengan metode manual tanpa profesionalitas produksi dan jaminan keamanan yang benar, rawan meledak dan memakan korban.
Oleh karena itu, Deddy menawarkan alih usaha bagi para pengrajin petasan. Potensi pangan di Indramayu yaitu Mangga Gedong Gincu dan beras, menjadi solusi alternatif bagi para pengrajin petasan.
"Solusinya alih usaha, sebab kalau usaha yang dilarang, ini deg-degan. Jadi ada aturan dilarang, harus dicarikan. Misalnya, bagaimana pengolahan Mangga, manisan, asinan, Pisang, nanti dicarikan (infrastruktur) pemasarannya," jawab Deddy.
[ads-post]
Dalam dialog tersebut, turut juga hadir perwakilan dari Polres Indramayu. Bahkan, Deddy ingin blak-blakan dengan para perajin untuk membeberkan siapa konsumennya agar ditindak aparat.
Wakil Gubernur Jabar ini berharap, para perajin petasan agar peduli terhadap keamanan. Berkaca pada kasus sebelumnya, ledakan rumah industri petasan memakan korban pemilik dan pemukiman terdekat.
"Jangan bikin petasan melulu, siapa yang beli? Biar Pak Kapolsek tahu. Karena bahaya bu, kalau terjadi kebakaran atau meledak, korbannya orang terdekat yang kita sayangi," katanya.
Bukti Konkret
Deddy memastikan ketegasan pemerintah terhadap perajin petasan bukan berarti merampas haknya dalam meningkatkan derajat ekonominya.
"Itulah sebabnya pemerintah melarang hal-hal yang membahayakan warganya, bukan berarti tidak boleh mencari penghasilan. Yang lebih adalah bagaimana mengalihkan kepada usaha yang hasilnya lebih bagus. Contohnya, pendapatan dari petasan Rp3 juta per bulan, tapi ada usaha lain untungnya Rp5 juta per bulan, mau kan?" tanya dia.
Petasan yang dijual di pasaran
Namun, paparan tersebut belum memberikan kepuasan bagi para perajin. Wasti menanggapi bahwa aparat rutin menindak para pengrajin, namun petasan dari luar negeri marak terjual di Indramayu. "Seakan-akan diinjak-injak. Kalaupun ada program, kira-kira memberikan keringanan? Usaha apa pak haji? Jangan hanya dipikirkan, tapi dibuktikan," tegas Wasti.
Dalam dialog tersebut, Deddy memastikan program alih usaha bagi perajin petasan harus terealisasi. "Kalau tidak dipikirkan, bahaya lebih besar. Hati-hati, urusannya bahaya, kedua urusannya dengan hukum," tegas Deddy.
Sementara itu, perajin petasan lainnya, Eni Chartini mengaku akan mengikuti program pemerintah asalkan kepastian regulasi dan lahan usaha yang diberikan pemerintah konkret dan dapat dikelola dengan bantuan modal yang sesuai kebutuhan.
"Ingin diperhatikan. Siap beralih, asal jelas. Ini kan usaha dari zaman saya masih kecil sampai sekarang punya cucu. Pendapatan dari petasan itu Rp40 ribu, kadang-kadang Rp50 ribu per hari," ujarnya. (Red)
Posting Komentar